”Koloseum” Bangunan Teknik Sipil Zaman Dulu di Italia


Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U

Dosen Teknik sipil UIR

            Italia adalah negara yang bisa hidup dari industri pariwisata. Setiap tahun 15 hingga 20 juta wisatawan berkunjung ke sini. Biasanya pada musim panas, Roma dipadati wisatawan. Sungguh luar biasa seperti yang disampaikan oleh reporter Indosiar Tingka Adiati, bahwa Jumlah wisatawan tersebut bisa melebihi penduduk Roma sendiri yang justri memilih berlibur keluar kota.

Italia adalah salah satu negara tertua di Eropa. Sejarah negara ini bisa dilacak tiga ribu tahun ke belakang. Tidak heran, Italia menjadi akar dari kebudayaan Eropah, yakni Etruscan dan Romawi. Roma, adalah saksi bisu dari kejayaan Italia ada masa lampau. Menurut legenda, Roma dibangun tahun 753 masehi oleh Romulus, raja pertama Romawi kuno. Kota ini sangat tua dan klasik, karena masih banyak bangunan sejarah peninggalan Romawi kuno di sini.

Colosseo atau Koloseum adalah sebuah bangunan teknik sipil zaman kuno dan merupakan salah satu monumen yang menjadi landmark sekaligus simbol dari kota Roma. Roma selalu identik dengan bangunan ini. Di tempat inilah kerap digelar Gladiator, yaitu pertarungan antara manusia melawan manusia, atau manusia dengan hewan. Bangunan ini menjadi saksi bisu dari ribuan nyawa manusia yang mati dalam pertarungan di arena ini.

Colosseo sangat megah, dan memancing rasa ingin tahu orang untuk melihat lebih mendalam sejarah bangunan ini. Pada musim panas, ribuan wisatawan rela antri berjam-jam untuk melihat monumen ini. Memasuki pintu masuk Colosseo, terdapat reruntuhan Foro Romano, yaitu pusat kehidupan masyarakat sipil dan ekonomi pada masa kekaisaran. Bentuknya mirip bangunan Arch De Triomphe atau Monumen Kemenangan di Paris, Prancis. Kompleks monumen ini terletak di antara Capitol, Foro Imperiali, Colosseo, dan Palatino.

Colosseo adalah sebuah ampiteater yang sangat besar yang dibangun pada tahun 72 setelah masehi, oleh Vespasiano, lalu diselesaikan oleh putranya, Titus, delapan tahun kemudian. Pembangunan Colosseo memanfaatkan tenaga tahanan Yahudi. Colosseo berbentuk lonjong, dengan bagian terpanjang berukuran 187 meter, sedangkan yang terpendek 155 meter. Tingginya mencapai 50 meter, dan mampu menampung 80 ribu penonton. Colosseo awalnya, berfungsi sebagai stadion besar untuk menghibur rakyat dengan tontonan sirkus.

Konon tontonan ini pada masa itu bertujuan untuk menanamkan semangat perang, dan menjadikan bangsa Romawi sebagai bangsa penakluk. Arena orang Roma, dengan pertandingan-pertandingan kasar dan pertumpahan darah, menjadi salah satu misteri terbesar dalam seri Ancient World. Karena setelah lebih dari lima ratus tahun, kontes maut gladiator tetap berjaya untuk menghibur kelompok Kaisar yang terhormat, yang mendominasi masyarakat Roma. Perburuan hewan liar yang direkonstruksi dengan senjata-senjata maut dan pembunuhan massal terhadap para tawanan, menjadi bagian yang menyatu dalam tontonan luar biasa ini.

Beberapa ruangan di sini adalah kamar bagi sang gladiator. Dan beberapa kandang hewan sebelum di lepas ke arena untuk bertarung dengan gladiator. Tontonan gladiator baru akhirnya dihentikan pada abad ke-lima masehi, oleh seorang Rahib, kendati awalnya ditentang keras oleh Kaisar Konstantin pada saat itu.

Di sepanjang koridor di lantai teratas Colosseo, dipajang patung-patung dari mereka yang pernah berperan dalam sejarah Ampiteater ini. Di bagian luar, terdapat tiga gapura, dengan nama Kolom Doric, Ionian, dan Corinthian. Seluruhnya ada 80 gapura yang menopang arena berbentuk lonjong ini, empat gapura mengubungkan pintu masuk yang ada empat sudut. Saat ini, yang tersisa hanya pintu masuk kehormatan bagi sang kaisar.

Tempat duduk kaisar yang disebut suggestum. Di sini ia duduk, memuaskan dirinya dengan menyaksikan pertarungan gladiator. Sisanya adalah tempat bagi para senator dan anggota lembaga peradilan. Bangunan ini rusak parah ketika terjadi gempa bumi pada abad ke – 14, dan sejak itu, Colloseo tidak dipergunakan dan menjadi objek wisata. Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut, Paus Benediktus XIV, yang memimpin gereja katolik dari tahun 1740 hingga 1758, mentahbiskan Ampiteater kuno tersebut, dengan melakukan jalan salib. Selain itu, dia memasang salib yang masih bisa dilihat hingga sekarang.***