Palu Beton


(Schmidt Concrete Hammer)

 (Bagaimana Cara Pengujian & Tingkat Akurasinya)

 Ir. Rony Ardiansyah, MT, IP-U.

Praktisi  HAKI (Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia)

 Kepada Bapak Pengasuh Rubrik.  Dalam melakukan kontrol mutu struktur beton bertulang di Job Site di suatu proyek konstruksi. Bila tes benda uji (kubus atau silinder) ternyata ditolak karena tidak memenuhi persyaratan. Maka sebagaimana lazimnya sering diadakan pengujian non destruktif dengan alat uji palu berton (Schmids Concrete Hammer). Bagaimana cara pengujian dengan alat palu beton ini? Mengapa pembacaan untuk pelat lantai selalu lebih tinggi? Dan bagaimana tingkat akurasi alat tes ini bila dibandingkan dengan benda uji beton. (Juliani, ST, Tangkerang Pekanbaru)

Sdr. Juliani yang saya hormati. Bila benda dilemparkan pada permukan benda lain, maka benda yang dilemparkan akan memantul kembali. Efek pantulan yang ditimbulkan tergantung pada sifat kekerasan benda yang dilemparkan dan juga sifat kekerasan serta tekstur permukaan benda yang dilemparkan. Dengan mengetahui berat benda yang dilemparkan dan sifat permukaan yang terkena lemparan, maka dapat dihitung berapa tinggi pantulan yang akan terjadi.

 Dengan prinsip ini, dapat diciptakan suatu alat yang dapat menguji kekerasan beton. Dari berbagai jenis alat, alat yang diciptakan oleh Ernest Schmids adalah yang paling banyak digunakan dan lebih populer dengan nama Schmids Concrete Hammer, atau palu beton Schmids.

Cara pengujiannya telah diatur dalam British Standard, Bab IV, dan secara singkat dapat diuraikan cara kerja alat ini sebagai berikut ini. Tongkat penusuk yang terdapat pada alat ini ditusukkan pada permukaan beton yang akan diuji, kemudian per pengontrolan palu dilepas. Palu yang dilepas akan memukul pangkal tongkat, lalu membentur permukaan beton. Akibat benturan, tongkat pemukul akan memantul kembali. Pada tongkat dipasang jarum petunjuk yang dapat dibaca efek pantulannya. Berdasarkan eksperimen, pengembalian jarum adalah merupakan petunjuk dari derajat kekerasan permukaan beton yang diuji. Perlu diperhatikan bila pengujian dilakukan dengan sudut tertentu, maka hasil pembacaan harus diberi koreksi, karena adanya sudut permukaan yang akan mengubah energi benturan.

Kelemahan dari metoda ini yaitu menggambarkan kualitas permukaan beton dengan kedalaman penetrasi benturan yang rendah, sehingga hasilnya lebih rendah bila dilakukan dengan pengujian tekan secara langsung. Kadang-kadang hasil pembacaan palu beton memberikan hasil yang terlalu optimis, dan ini biasanya terjadi bila permukaan dekat pada pengaruh tulangan atau agregat kasar.

Pembacaan pada pelat lantai biasanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan balok, karena tulangan pelat biasanya lebih tinggi bila dibandingkan dengan balok, karena tulangan pelat lebih dekat pada permukaan. Untuk menghindari faktor kesalahan ini, maka harus dilakukan pembacaan sebanyak mungkin dengan interval yang rapat. Untuk suatu lokasi diperlukan sebanyak 20 kali pembacaan.

Dengan membuat bujur sangkar 20 x 20 cm dan membaginya dalam 20 kotak, maka akan diperoleh 20 kali pembacaan. Dengan membuang angka pembacaan yang terlalu optimis dan pesimis lalu ambil harga rata-rata pembacaan keseluruhan. Pengujian palu beton dapat digunakan sebagai pengujian awal, untuk tujuan pengendalian mutu pekerjaan.***

%d bloggers like this: